Orang Indonesia selama ini rata-rata
dianggap sebagai orang yang bodoh, bahkan ada lelucon yaitu otak orang
Indonesia bagus untuk penelitian karena masih fresh alias tidak
pernah dipakai. Kita juga terkadang muak dengan ocehan orang Negara
sebelah yang bilang Indon yang identic dengan kebodohannya. Namun
sebenarnya orang Indonesia nggak kalah pinter disbanding orang dari
Negara maju sekalipun. Yang membedakan adalah mereka memiliki system
pendidikan dan infrastruktur yang modern, yang bias memaksimalkan
potensi a.k.a otak dari setiap peserta didik.
Lalu mana buktinya kalau orang Indonesia ada yang jenius layaknya orang baratm Jepang, atau Amerika? Sebenarnya tinggal jawab Habibie aja orang pintar seluruh dunia juga sudah tahu. Tapi Habibie tidak sendirian, banyak orang jenius Indonesia yang sukses di luar negeri, bahkan memiliki prestasi yang mengagumkan. Menempuh pendidikan di universitas terkenal yang tentu saja bukan STIS, bekerja di lembaga riset terkenal dunia yang juga tentu saja bukan BPS. Sudah sangat banyak media yang membahasnya, tapi tak salah jika membaca lagi. Berikut beberapa contohnya :
1. Profesor Nelson Tansu
Lalu mana buktinya kalau orang Indonesia ada yang jenius layaknya orang baratm Jepang, atau Amerika? Sebenarnya tinggal jawab Habibie aja orang pintar seluruh dunia juga sudah tahu. Tapi Habibie tidak sendirian, banyak orang jenius Indonesia yang sukses di luar negeri, bahkan memiliki prestasi yang mengagumkan. Menempuh pendidikan di universitas terkenal yang tentu saja bukan STIS, bekerja di lembaga riset terkenal dunia yang juga tentu saja bukan BPS. Sudah sangat banyak media yang membahasnya, tapi tak salah jika membaca lagi. Berikut beberapa contohnya :
1. Profesor Nelson Tansu
Pria
kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar
teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai
semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano adalah kunci bagi
perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi
Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di
dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson,
misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat.
Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya
cuma perlu 1,5 watt. Pada usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat
sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan
rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur
di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara
sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi
asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam
Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika. Sampai kini ia
getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3
di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan
menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di
Asia
2. MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
2. MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
Di
sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan
riset bioteknologi terkemuka di Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat.
Seorang lelaki Jawa berwajah “dagadu”—sebab senyum tak pernah lepas
dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat. Dialah, Muhammad Arief
Budiman, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor
riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group.
Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci
perusahaan genetika itu.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, “Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia,” ujarnya.
3. Prof Dr. KHOIRUL ANWAR
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, “Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia,” ujarnya.
3. Prof Dr. KHOIRUL ANWAR
Para
ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul,
bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi
seperti telepon seluler. Graduated from Electrical Engineering
Department, Institut Teknologi Bandung (with cum laude honor) in 2000.
Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and
Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a
recipient of IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless
Symposium (RWS) 2006, California, USA. Prof Dr. Khoirul Anwar adalah
pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal
Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia
yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology,
Jepang.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan. Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa.
4. Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan. Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa.
4. Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto
Prestasi
membanggakan ditorehkan Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto. Pria
kelahiran Surabaya ini berhasil menggondol gelar profesor dan empat
doktor dari sejumlah universitas di Jepang. Lebih hebatnya, puncak
penghargaan akademis itu dicapainya pada usia 37 tahun. ia sudah
mematenkan 31 penemuannya, 29 di Jepang, dua di AS, untuk bidang
interdisipliner ilmu elektronika, kedokteran, dan farmasi.
Sebegitu terkenalnya Soetanto di Jepang sampai-sampai oleh mahasiswanya ia memiliki metode khusus mengajar yang diberi nama “Metode Soetanto” atau “Efek Soetanto”. Pada 1988-1993, dia tercatat sebagai direktur Clinical Education and Science Research Institute (CERSI) merangkap associate professor di Drexel University dan School Medicine at Thomas Jefferson University, Philadelphia, AS. Dia juga pernah tercatat sebagai profesor di Biomedical Engineering, Program University of Yokohama (TUY). Selain itu, pria kelahiran 1951 tersebut saat ini masih terdaftar sebagai prosefor di almameternya, School of International Liberal Studies (SILS) Waseda University, serta profesor tamu di Venice International University, Italia.
Otak arek Suroboyo itu memang brilian. Dia berhasil menggabungkan empat disiplin ilmu berbeda. Hal tersebut terungkap dari empat gelar doktor yang diperolehnya. Yakni, bidang applied electronic engineering di Tokyo Institute of Technology, medical science dari Tohoku University, dan pharmacy science di Science University of Tokyo. Yang terakhir adalah doktor bidang ilmu pendidikan di almamater sekaligus tempatnya mengajar, Waseda University. “Sistem pendidikan di sini (Indonesia) sudah tertinggal jauh”. Satu penemuannya bernama NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization) memberinya penghormatan sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
5. Prof Dr. Ing BJ Habibie
Sebegitu terkenalnya Soetanto di Jepang sampai-sampai oleh mahasiswanya ia memiliki metode khusus mengajar yang diberi nama “Metode Soetanto” atau “Efek Soetanto”. Pada 1988-1993, dia tercatat sebagai direktur Clinical Education and Science Research Institute (CERSI) merangkap associate professor di Drexel University dan School Medicine at Thomas Jefferson University, Philadelphia, AS. Dia juga pernah tercatat sebagai profesor di Biomedical Engineering, Program University of Yokohama (TUY). Selain itu, pria kelahiran 1951 tersebut saat ini masih terdaftar sebagai prosefor di almameternya, School of International Liberal Studies (SILS) Waseda University, serta profesor tamu di Venice International University, Italia.
Otak arek Suroboyo itu memang brilian. Dia berhasil menggabungkan empat disiplin ilmu berbeda. Hal tersebut terungkap dari empat gelar doktor yang diperolehnya. Yakni, bidang applied electronic engineering di Tokyo Institute of Technology, medical science dari Tohoku University, dan pharmacy science di Science University of Tokyo. Yang terakhir adalah doktor bidang ilmu pendidikan di almamater sekaligus tempatnya mengajar, Waseda University. “Sistem pendidikan di sini (Indonesia) sudah tertinggal jauh”. Satu penemuannya bernama NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization) memberinya penghormatan sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
5. Prof Dr. Ing BJ Habibie
Prof.
Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir tanggal
25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan Indonesia. Setelah
menyelesaikan kuliahnya dengan tekun selama lima tahun, B.J. Habibie
memperoleh gelar Insinyur Diploma dengan predikat Cum Laude di Fakultas
Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara.
Kejeniusannya membawanya memperoleh Gelar Doktor Insinyiur di Fakultas
Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara dengan
predikat Cum Laude tahun 1965.
B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman (1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973). Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978), penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri (1978). Pada tahun 1977 dia menyampaikan orasi jabatan guru besarnya tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung. Tergugah untuk melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie kembali ke tanah air, ketika Presiden Soeharto memintanya untuk kembali. Dia memulai kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung direspon oleh Presiden Republik Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978 dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap sebagai kepala BPPT. Dia memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998.
Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan sukses menyelenggarakan Pemilu paling demokratis yang pernah ada yaitu Pemilu 1999. Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa nasional dan internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour, hadiah tertinggi dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das Grosskreuz’ medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; ‘Edward Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada tahun 1994; ‘Star of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol tahun 1987. Dia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.
Habibie terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, CN-235, N-250 dan N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit.Banyak orang menganggap beliaulan orang tercerdas, terpintar yang pernah dimiliki Indonesia
6. JOHNY SETIAWAN, Ph.D
B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman (1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973). Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978), penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri (1978). Pada tahun 1977 dia menyampaikan orasi jabatan guru besarnya tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung. Tergugah untuk melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie kembali ke tanah air, ketika Presiden Soeharto memintanya untuk kembali. Dia memulai kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung direspon oleh Presiden Republik Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978 dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap sebagai kepala BPPT. Dia memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998.
Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan sukses menyelenggarakan Pemilu paling demokratis yang pernah ada yaitu Pemilu 1999. Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa nasional dan internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour, hadiah tertinggi dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das Grosskreuz’ medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; ‘Edward Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada tahun 1994; ‘Star of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol tahun 1987. Dia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.
Habibie terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, CN-235, N-250 dan N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit.Banyak orang menganggap beliaulan orang tercerdas, terpintar yang pernah dimiliki Indonesia
6. JOHNY SETIAWAN, Ph.D
Johny
Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan planet pertama
yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae. Penemuan itu sangat
spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah
ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang
muncul dari bintang muda. Johny yang memimpin tim peneliti di Max Planck
Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan
planet pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae
dengan menggunakan teleskop spektrograf F EROS sepanjang 2,2 meter di
La Silla Observatory, Chile. Setamat SMA, pada 1992–1993,Johny
mengenyam pendidikan pra-universitas di Studienkolleg
Heidelberg,Jerman. Johny kemudian mempelajari Fisika di
Albert-Ludwigs-Universitat, Freiburg, Jerman, dan mengambil Master di
Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg. Disertasinya di
Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg, berjudul Radial
velocity variation of G and K Giants. Sejak Juni 2003, Johny bekerja
sebagai peneliti post-doctoral di MPIA, di Department of Planet and
Star Formation (Prof. Dr.Thomas Henning). Wilayah risetnya saat ini
meliputi planet-planet di luar tata surya di sekitar bintangbintang
muda dan bintang-bintang yang sedang terbentuk. Selain itu,Johny yang
tinggal di Bintaro Sektor IX ini juga meneliti atmosfer yang berperan
sebagai bintang.
7. Yow-Pin Lim
7. Yow-Pin Lim
Yow-Pin
Lim, putra kelahiran Surabaya adalah contoh lain kisah sukses putra
Indonesia di luar negeri. Ia adalah pendiri Chief Scientific Officer
Pro Thera Biologics, sebuah perusahaan di Rhode Island, AS. Pro Thera
dibentuk sebagai keberlanjutan teknologi yang telah dikembangkan di
Rhode Island Hospital, dengan misi mengembangkan dan memasarkan produk
berbasiskan protein theranostic dan therapeutic. Riset yang dihasilkan
pria kelahiran Cirebon 49 tahun yang lalu ini berkontribusi pada
pemahaman terhadap molekul kompleks pada fisiologi manusia dan berbagai
macam penyakit, terutama sepsis, anthrax, dan kanker. Lim kini
memiliki beberapa paten, antara lain Preparative Electrophoresis
Device and Methods for Detecting Cancer of the Central Nervous System.
Hebatnya penemuan Lim menjadi acuan utama rumah sakit-rumah sakit di
AS saat ini.
8. Yanuar Nugroho
8. Yanuar Nugroho
Tahun
2009 lalu, seorang putra Indonesia menyedot perhatian dunia akademik
di Inggris . Namanya Yanuar Nugroho, pengajar di Institut Kajian
Inovasi ata Manchester Institution of Innovation Research dan Pusat
Informatika Pembangunan Universitas Manchester. Yanuar meraih
penghargaan sebagai dosen terbaik 2009 dan hebatnya ia adalah
satu-satunya orang Indonesia yang jadi dosen di Inggris. Menurut
Yanuar, Desember tahun lalu, kriteria utama penilaian penghargaan
tersebut adalah sumbangan akademik lewat penelitian, tulisan, seminar,
kuliah dan konferensi. Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat pada
lebih dari 15 penelitian yang didanai oleh Uni Eropa, Dewan Riset
Inggris, Dewan Riset Eropa, serta Departemen Industri dan Perdagangan
Inggris.
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional, presentasi di konferensi kelas dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge. Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan post-doctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.
9. Andreas Raharso
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional, presentasi di konferensi kelas dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge. Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan post-doctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.
9. Andreas Raharso
Satu
lagi putra Indonesia yang membanggakan di luar negeri adalah Andreas
Raharso. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau
CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group. Hay Group mempunyai
jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien
dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pemimpin dunia seperti AS,
Perancis, dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas cukup fenomenal,
karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi
puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.
Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Kesadaran bahwa kondisi pendidikan di Tanah Air masih belum kondusif membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk meraih sukses. Di Tanah Air, dunia pendidikan kita saat ini malah masih mempersoalkan perlu tidaknya ujian nasional (UN).
10. March Boedihardjo
Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Kesadaran bahwa kondisi pendidikan di Tanah Air masih belum kondusif membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk meraih sukses. Di Tanah Air, dunia pendidikan kita saat ini malah masih mempersoalkan perlu tidaknya ujian nasional (UN).
10. March Boedihardjo
Bocah
Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa
termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). March akan memiliki
gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi
matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut
menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian
lima tahun(dari 2007). Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan
lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas
berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika saya di
Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami
kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,’’ kisahnya. March memang
menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam
kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani
pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk
pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil menembus
Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti
sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia
lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat
peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.
Itulah beberapa nama orang Indonesia yang bias dikatakan jenius dan sukses dalam karir akademisnya. Mungkin bias dikatakan anda boleh jenius, tapi jika ingin sukses jangan berkarir di Indonesia. Memang miris melihat banyak orang pintar Indonesia yang tinggal dan meneliti untuk Negara lain. Tapi hal ini masuk akal karena perhatian pemerintah terhadap riset masih sangat kurang. Hal ini bias dilihat dari sikap pemerintah yang lebih sibuk menaikkan gaji pejabat dan PNS daripada menaikkan anggaran penelitian. Lebih sibuk menganggarkan dana pembelian mobil baru, gedung baru, renovasi ini itu daripada hal yang jauh lebih penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kalo buat naikin ID kami sih masih dapat diampuni.
Itulah beberapa nama orang Indonesia yang bias dikatakan jenius dan sukses dalam karir akademisnya. Mungkin bias dikatakan anda boleh jenius, tapi jika ingin sukses jangan berkarir di Indonesia. Memang miris melihat banyak orang pintar Indonesia yang tinggal dan meneliti untuk Negara lain. Tapi hal ini masuk akal karena perhatian pemerintah terhadap riset masih sangat kurang. Hal ini bias dilihat dari sikap pemerintah yang lebih sibuk menaikkan gaji pejabat dan PNS daripada menaikkan anggaran penelitian. Lebih sibuk menganggarkan dana pembelian mobil baru, gedung baru, renovasi ini itu daripada hal yang jauh lebih penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kalo buat naikin ID kami sih masih dapat diampuni.